Dalam studi kasus telematika ini, Telecommons Development Group(TDG) melakukan
analisa yang mendalam terhadap Model Bisnis Grameen Telecom. Laporan ini juga
berisi daftar pustaka yang luas dengan sambungan hiperteks untuk mengunduh
dokumen dan laporan-laporan, termasuk laporan riset sebelumnya yang diprakarsai
Village Phone oleh Prof. Abdul Bayes. Laporan ini disertai juga dengan video,
termasuk satu wawancara dengan Muhammad Yunus, Direktur Utama GrameenBank.
Studi ini diselenggarakan oleh Perencanaan Strategis &Divisi
Kebijakan Proyek Pengentasan Kemiskinan Cabang Asia, Agen Pengembangan
Internasional Kanada (Strategic Planning & Policy Division of the Asia
Branch Poverty Reduction Project, Canadian International Development Agency),
sebagai suatu studi kasus untuk menyelidiki dampak dari program GrameenPhone
dan Grameen Telecom dalam pemberian kredit mikro untuk pelayanan telepon
selular dalam pengentasan kemiskinan dan situasi ekonomi-sosial operator
wanita “Village Phone”.
“Village Phone” dari Grameen
Telecom merupakan proyek percobaan yang sampai tahun 2000 melibatkan 950
Village Phones yang menyediakan akses telepon kepada lebih dari 65,000 orang.
Wanita-wanita desa/kampung mengakses kredit mikro untuk memperoleh pelayanan
telepon selular GSM dan sesudah itu menjual lagi pelayanan tersebut di
desa/kampung mereka. Grameen Telecom memperkirakan bahwa ketika programnya selesai, akan ada
40,000 operator “Village Phone” dengan
laba bersih $24 juta USD tiap tahun.
Hasil Penelitian Utama (Key Findings):
1. Program Village Phone
muncul sebagai solusi teknis terbaik yang tersedia untuk akses telekomunikasi
universal pedesaan sesuai dengan keadaan Regulasi Telekomunikasi Pemangku
kepentingan dan kondisi ekonomi saat itu. Program “Village Phone” adalah suatu
solusi organisatoris dan teknis untuk akses telekomunikasi pedesaan yang
dibutuhkan oleh suatu lingkungan dengan regulasi telekomunikasi yang tidak
mendukung bagi percepatan infrastruktur telekomunikasi pedesaan.
2. Konsep dari “akses yang
universal” bukanlah sesuatu yang netral terhadap gender. Di dalam kasus dari
Pemangku kepentingan ini, jenis kelamin dari operator “Village Phone” dan
penempatan secara fisik dari telepon di dalam suatu desa/kampung yang
tersegmentasi secara gender dapat menghalangi atau memperbaiki akses
wanita-wanita untuk menelpon karena alasan religius. Biasanya, satu lokasi
operator wanita akan menyediakan suatu ruang yang bisa diterima untuk
wanita-wanita desa/kampung yang lain untuk mengakses telepon. Dari sudut
pandang pendapatan dan laba, adalah penting untuk memastikan bahwa “Village Phone”
secara penuh dapat diakses oleh seluruh populasi desa/kampung, jika 50% dari pemakai berdasarkan gender
menghadapi rintangan-rintangan untuk menelpon, maka suatu arus pendapatan yang
penting telah lenyap.
3. Village Phone bertindak
sebagai suatu instrumen yang tangguh untuk mengurangi resiko dalam pengiriman uang dari para anggota
keluarga para pekerja di Dhaka City dan yang bekerja di luar negeri, serta
untuk membantu orang desa di dalam memperoleh informasi akurat tentang kurs
valuta asing. Mengirim uang tunai dari suatu negara Timur Tengah ke suatu
desa/kampung di Banglades adalah penuh resiko; pengiriman uang seperti itu
adlah faktor pokok yang membuat laku/laris untuk pemakaian telepon. Mengurangi
resiko dari pengiriman uang dari para pekerja di luar negeri mempunyai
implikasi penting untuk penduduk rumah tangga dan pedesaan di pemangku
kepentingan. Di tingkatan yang mikro, pengiriman uang cenderung untuk digunakan
untuk biaya rumah tangga sehari-hari seperti makanan, pakaian dan pelayanan kesehatan.
Pengiriman uang seperti itu satu faktor yang penting dalam memenuhi penghidupan
rumah tangga, dan dapat meningkatkan porsi yang penting dari penghasilan rumah
tangga. Begitu penghidupan dipenuhi, pengiriman uang cenderung untuk digunakan
untuk “investasi-investasi produktif,” atau untuk uang tabungan.
4. Panggilan-panggilan
telepon kepada keluarga dan para teman sering melibatkan pertukaran informasi
tentang harga pasar, daftar biaya pengiriman barang-barang, tren pasar dan pertukaran valuta. Hal
ini membuat “Village Phone” satu alat
yang penting untuk membuka peluang usaha rumah tangga dalam mengambil informasi
pasar untuk meningkatkat keuntungan dan mengurangi biaya produktif.
5. Pelayanan telepon
pedesaan di Pemangku kepentingan adalah sangat menguntungkan karena regulasi
yang ada sekarang (ketiadaan interkoneksi menjadi penghalang yang paling
besar), sehingga operator telekomunikasi tidak mampu untuk mengimbangi
permintaan untuk jasa telekomunikasi antar operator. Telepon-telepon di dalam
program Grameen Telecom Village Phone menghasilkan tiga kali pendapatan untuk
pelayanan selular pedesaan ($100/bulan lawan $30/bulan). Bahkan, satu pesaing
operator telekomunikasi di Pemangku kepentingan melaporkan mempunyai pendapatan
dari 12,000 sama dengan pendapatan dari 1,500 “Village Phone”.
6. Teknologi telepon genggam
GSM adalah suatu solusi yang mahal untuk akses
universal di daerah pedesaan. Liputan selular ini terbatas untuk daerah
pedesaan serta hanya menguntungkan di bawah regulasi telekomunikasi yang sehat
– ketika lingkungan yang regulasi diperbaiki, teknologi selular tidak akan
menjadi alat paling efisien dan sehat dalam menyediakan servis yang universal.
GSM teknologi telepon genggam juga menempatkan tarif-tarif jauh lebih tinggi
pada para pemakai telepon pedesaan dibanding “Wireless Local Loop” (WLL)
teknologi. Tanpa perbaikan-perbaikan pada regulasi, teknologi selular adalah
suatu solusi yang praktis. Juga, teknologi selular sekarang ini bukan suatu
opsi yang sehat untuk hubungan email/Internet/data yang murah. WLL dan opsi
lain dapat menyediakan secara luas dan jauh lebih baik dengan ongkos pelayanan
lebih murah.
Unsur-unsur yang dapat
direplikasi:
1. Pengalaman Grameen
Telecom di dalam perencanaan bisnisnya memungkinkan kami untuk menyarankan satu
solusi potensial menarik operator telekomunikasi dalam melayani daerah
pedesaan. Targetnya adalah melayani: daerah yang tak dapat dilayani, kurang terlayani
dan menyediakan dukungan untuk pelayanan informasi riset pasar
yang bermutu. Riset pasar akan membantu ke arah pembuktian kasus bisnis,
menarik modal investasi, dan mengurangi kendala
dari pemodal-pemodal dan operator.
2. Poin-poin pengalaman
Grameen Telecom menunjukkan kepada suatu solusi yang potensial untuk operator
telekomunikasi, dalam menghadapi
tantangan mengatur “last mile” dari operasi telekomunikasi pedesaan. Hal ini
dihubungkan dengan organisasi-organisasi kredit mikro yang sukses berdampingan
dengan operator telekomunikasi untuk memperluas liputan telepon umum publik
(Public Call Office/PCO) di daerah pedesaan. Pinjaman-pinjaman mikro kepada
wirausaha pedesaan (terutama yang ditargetkan kepada kalangan wanita dan kaum
muda) dapat memungkinkan wirausaha untuk menyelenggarakan telepon umum publik
(Public Call Office/PCO) yang menyediakan bidang jasa telepon, fax, email dan
bahkan internet, fotokopi dan jasa komputer pengolah kata. Suatu program
waralaba jenis ini akan juga menetapkan
konsistensi pelayanan ke semua daerah yang pada gilirannya mendukung
pengembangan sosial dan ekonomi lokal.
Sumber :
http://telematikapembebas.wordpress.com/2011/11/01/studi-kasus-program-telepon-desa-grameen-telecom-dr-don-richardson-ricardo-ramirez-moinul-haq/
0 comments: